GKBRAA Paku Alam memimpin ‘Kamala Nusantara’ (Perkumpulan Perempuan Bersanggul dan Berbusana Nusantara – PPBBN ) melaksanakan ‘Anjangsana ke Solo’ pada Selasa 28 Februari 2023. Acara tersebut merupakan program kerja organisasi tahun 2022-2023. Sedang agenda kunjungan antara lain studi banding pada organisasi Himpunan Ratna Busana (HRB) Surakarta dan melihat Museum Batik Danarhadi.
Selanjutnya berkunjung ke Kraton Mangkunegaran untuk beramah tamah dengan KGPA Mangkunegara X, para putri Mangkunegara VIII : GRAy Retno Satuti dan GRAy Retno Rosati. Ada jamuan makan siang khas hidangan klasik Mangkunegaran dilanjutkan menikmati teh dan camilan di Pracima Tuin.
Ketika berada di Himpunan Ratna Busana Surakarta , diterima oleh Ibu Danarsih Santosa (Ketua HRB Surakarta) beserta 8 pengurus harian. Ketua Kamala Nusantara, Delia Murwihartini menegaskan anjangsana tersebut sebagai upaya memperluas jejaring sesama organisasi yang ‘sefrekuensi’ – yakni pecinta dan pelestari busana Nusantara.
HRB yang telah berusia 12 tahun, dipandang memiliki pengalaman beroraganisasi lebih matang.
Untuk itu, Kamala Nusantara ‘ngangsu kawruh’ agar dapat mengembangkan organisasi. “Kami sangat senang jika di hari mendatang kita dapat kolaborasi dalam berbagai hal,” kata Delia.
Sebagai Pelindung Kamala Nusantara, GKBRAA Paku Alam yang akrab disapa Gusti Putri dalam kesempatan itu menjelaskan sangat mendukung pada organisasi yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya. ‘”Kamala Nusantara dan Himpunan Ratna Busana menjadi contoh organisasi tersebut,” kata Gusti Putri. Dua organisasi itu memang memerlukan komitmen tinggi dari anggota. Apalagi Kamala Nusantara yang selain komitmen melestarikan busana dan sanggul Nusantara.
Secara khusus Gusti Putri juga berpesan agar masyarakat luas semakin meningkatkan batik sebagai benda kesenian, benda kerajinan dan jejak budaya bangsa kita. Bangsa Indonesia sangat beruntung karena UNESCO telah menetapkan batik Indonesia sebagai salah satu Warisan Dunia. Kewajiban bangsa kita untuk melanjutkan mengembangkan dengan membuat/berkreasi/memproduksi dan melestarikan.
Gusti Putri menegaskan Indonesia memiliki kekayaan seni batik dan wastra yang luar biasa. Sehingga wajar jika menjadi sumber inspirasi wastra untuk ditiru di kawasan Asia Tenggara. Andai bayak kemiripan, biasanya memang bersumber dari salah satu daerah di Indonesia. Oleh karena itu, kita jangan hanya bangga -- tapi juga harus berkarya agar wastra dan batik kita menjadi dikembangkan oleh negara tetangga.
“Jangan menjadi penonton, tetapi ambil bagian dalam proses karya,” tegas Gusti Putri. Kebijakan pemerintah juga sangat penting. Dicontohkan, para narapidana di Malaysia diajari membuat kain songket sutera yang harganya mahal. Sedang narapidana di Indonesia, hanya diminta bikin keset yang harganya murah. Selain itu, dengan 250 juta orang penduduk, seharusnya Indonesia selalu menjadi leading dalam hal kerajinan wastra.***(ES)